A. JUDUL
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap
Kepuasan Pelanggan Pada Warung Internet di Mady Zone
B. PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Dunia sedang menuju era yang disebut dengan globalisasi.
Globalisasi berasal dari kata”globe” berarti bulat bundar seperti bola atau
apabila diartikan secara bebas berarti dunia tanpa batas antara satu negara
dengan negara lain (Khoriyah 2001). Pada era ini perkembangan teknologi
terutama informasi dan komunikasi akan sangat pesat. Selain itu, pada era yang
juga disebut dengan era millenium tersebut akan berakibat pada kompetisi yang
sangat sengit di antara negara-negara yang ada di dunia ini.
Dengan perkembangan yang semakin cepat tersebut,
kebutuhan informasi dan komunikasi yang cepat pun menjadi sangat vital. Berbagai
macam media untuk memenuhi kebutuhan informasi dan komunikasi tersebut terus
diciptakan dan dikembangkan seperti telepon, handphone maupun internet. Media
informasi yang disebutkan terakhir ialah salah satu yang menjamur di kalangan
masyarakat yang haus akan informasi. Oleh sebab itu, banyak yang memanfaatkan
peluang bisnis tersebut dengan membangun dan mendirikan warung internet.
Bisnis warung internet (warnet) ialah bisnis jasa yang
menuntut layanan prima kepada konsumen. Di tengah masyarakat yang semakin
peduli akan kualitas, layanan prima menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan
bisnis. Apabila konsumen diberikan layanan yang baik maka konsumen akan puas
dan apabila puas mereka akan menjadi konsumen yang loyal. Kotler (2000);
Parasuraman (1990) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan
seseorang setelah ia membandingkan antara kinerja yang dirasakan dibandingkan
dengan harapannya.
Sejak
diterapkan standarisasi komunikasi internet tahun 1982 perkembangan internet
makin pesat. Kita tidak harus memiliki komputer sendiri, jika ingin mengakses
internet, karena sudah banyak berdiri persewaan internet, seperti internet kafe
atau warung internet. Kebanyakan yang pengakses internet adalah pelajar dan
mahasiswa (Hermawan, 2000). Bisnis jasa warung internet juga sangat marak di
Klatak, salah satu daerah di kota Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Salah
satunya adalah warnet Mady Zone , Konsumen dari warung internet tersebut adalah
siswa, mahasiswa maupun masyarakat umum.
2.
Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap niat
kunjungan ke warung internet di Mady Zone?
2) Bagaimana pengaruh harga terhadap Niat Kunjungan ke
warung internet di Mady Zone?
3) Bagaimana pengaruh kualitas Layanan dan harga terhadap
Niat Kunjungan ke warung internet di Mady Zone?
3.
Batasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang diperoleh oleh penulis maka adapun batasan dalam
penelitian ini lebih menitikberatkan pada pengaruh kualitas pelayanan dan harga
terhadap niat kunjungan ke warung internet di Mady Zone. Pembahasan peneliti meliputi:
1) Pengaruh kualitas pelayanan terhadap niat kunjungan ke warung
internet di Mady Zone.
2) Pengaruh harga terhadap Niat Kunjungan ke warung internet
di Mady Zone.
4.
Tujuan dan Manfaat
a.
Tujuan penelitian
Tujuan
dilakukannya penelitian berdasarkan perumusan masalah diatas adalah:
I.
Untuk
mengetahui pengaruh Kualitas layanan terhadap Niat Kunjungan Ulang di Warung
Internet di Mady Zone.
II.
Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap Niat
Kunjungan Ulang ke warung internet di Mady zone.
b.
Manfaat Penelitian
Dari
penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang diharapkan berguna
bagi berbagai pihak
1) Manfaat bagi penulis:
i.
Sebagai
masukan pengetahuan bagi penulis tentang kualitas layanan komunikasi.
ii.
Memperluas
wawasan penulis dari penerapan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan.
iii.
Sebagai
tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Manfaat bagi perusahaan:
iv.
Memberi
masukan pada perusahaan dalam menyusun strategi bersaing industri komunikasi.
v.
Sebagai
acuan bagi perusahaan untuk mengembangkan kualitas layanan
vi.
jasa
berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan.
2) Manfaat bagi akademisi :
i.
Memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kualitas dan kinerja
jasa komunikasi dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggannya.
ii.
Memberikan
referensi yang berguna tentang pemenuhan kualitas layanan jasa komunikasi.
C.
Tinjauan Pustaka
1.
Landasan Teori
a. Kualitas Pelayanan
Berikut beberapa pengertian
dan definisi tentang Kualitas Pelayanan. Kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi
kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan
persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh
dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap
atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau
dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang
diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan buruk.
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi
atau melebihkan harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan
3.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan antara produsen dan konsumen menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian ke pelayanan purna jual, kekal abadi melampaui masa kepemilikan produk. Perusahaan menganggap konsumen sebagai raja yang harus dilayani dengan baik, mengingat dari konsumen tersebut akan memberikan keuntungan kepada perusahaan agar dapat terus hidup.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan antara produsen dan konsumen menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian ke pelayanan purna jual, kekal abadi melampaui masa kepemilikan produk. Perusahaan menganggap konsumen sebagai raja yang harus dilayani dengan baik, mengingat dari konsumen tersebut akan memberikan keuntungan kepada perusahaan agar dapat terus hidup.
b.
Harga
Definisi harga menurut Philip
Kotler adalah : “price is the amount of money charged for a product or
service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers
exchange for the benefits of having or using the product or service”. Harga
adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara
lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk
mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.
Sedangkan Stanton mendefinisikan harga: “Price is the amount of money and or
goods needed to acquire some combination of another goods and its companying
services”. Pengertian di atas mengandung arti bahwa harga adalah sejumlah uang
dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang
lain yang disertai dengan pemberian jasa. Harga merupakan elemen dari bauran
pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga akan stabil dalam
waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau menurun
dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari
penjualan.
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pengguna untuk mendapatkan produk. Dengan kata lain seseorang akan membeli barang kita jika pengorbanan yang dikeluarkan (uang dan waktu) sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari prouksi tersebut (Moenroe, 1990). Jika hal ini dikaitkan dengan produk layanan, maka seseorang akan datang ke tempat kita jika waktu atau dana yang dikorbankan untuk mendapatkan produk layanan kita sesuai dengan produk layanan yang ditawarkan. Harga dan kebijaksanaan harga adalah elemen yang paling banyak diperdebatkan dalam pemasaran. Harga adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang berkaitan dengan pemasukan, bagaimanapun harga mendatangkan masalah tersendiri. Condous (1983) menyarankan, “…apabila pengenaan biaya (charging) merupakan suatu keharusan, maka besarnya harus disesuaikan dengan kemampuan pengguna.”Dalam hal pemasaran jasa, kreatifitas dan keahlian manajemen paling banyak dibutuhkan dalam masalah penetapan harga. Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam penetapan harga. Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam penetapan harga. Hal yang menarik sekali adalah bahwa para penjual kerap kali mengetahui permintaan in-elastis. Oleh karena itu mereka menetapkan harga yang paling tinggi. Akan tetapi mereka lalai bertindak yang sebaliknya, jika menghadpi permintaan yang elastis, walaupun harga lebih rendah akan menaikkan penjualan unit, pendapatan total, penggunaan fasilitas dan mungkin juga naiknya laba bersih. Prinsip penetapan harga barang dapat juga diterapkan daam penetapan harga jasa. Secara singkat prinsip-prinsip penetapan harga menurut Zeithaml dan Bitner (1996) adalah sebagai berikut:
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pengguna untuk mendapatkan produk. Dengan kata lain seseorang akan membeli barang kita jika pengorbanan yang dikeluarkan (uang dan waktu) sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari prouksi tersebut (Moenroe, 1990). Jika hal ini dikaitkan dengan produk layanan, maka seseorang akan datang ke tempat kita jika waktu atau dana yang dikorbankan untuk mendapatkan produk layanan kita sesuai dengan produk layanan yang ditawarkan. Harga dan kebijaksanaan harga adalah elemen yang paling banyak diperdebatkan dalam pemasaran. Harga adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang berkaitan dengan pemasukan, bagaimanapun harga mendatangkan masalah tersendiri. Condous (1983) menyarankan, “…apabila pengenaan biaya (charging) merupakan suatu keharusan, maka besarnya harus disesuaikan dengan kemampuan pengguna.”Dalam hal pemasaran jasa, kreatifitas dan keahlian manajemen paling banyak dibutuhkan dalam masalah penetapan harga. Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam penetapan harga. Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam penetapan harga. Hal yang menarik sekali adalah bahwa para penjual kerap kali mengetahui permintaan in-elastis. Oleh karena itu mereka menetapkan harga yang paling tinggi. Akan tetapi mereka lalai bertindak yang sebaliknya, jika menghadpi permintaan yang elastis, walaupun harga lebih rendah akan menaikkan penjualan unit, pendapatan total, penggunaan fasilitas dan mungkin juga naiknya laba bersih. Prinsip penetapan harga barang dapat juga diterapkan daam penetapan harga jasa. Secara singkat prinsip-prinsip penetapan harga menurut Zeithaml dan Bitner (1996) adalah sebagai berikut:
4. Perusahaan harus
mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harganya, yang mencakup:
pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan
biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing,
pemilihan metode penetapan harga, dan menentukan harga akhir.
5. Perusahaan tidak selalu harus
berupaya mencari profit makasimum melalui penetapan harga. Sasaran lain yang
bisa mereka capai adalah mencakup survival, memakasimumkan penerimaan sekarang,
memakasimumkan pertumbuhan penjualan, memakasimumkan penguasaan (skimming)
pasar dan kepemimpinan produk atau kualitas.
6. Para pemasar hendaknya memahami
seberapa responsif permintaan terhadap perubahan harga. Untuk mengevaluasi
sensitifitas harga, para pemasar bisa menghitung elastisitas permintaan, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut: Elastisitas = Persen (%) perubahan dalam
kuantitas yang dibeli Persentase perubahan dalam harga
7. Berbagai jenis biaya harus
sipertimbangkan dalam menetapkan harga, termasuk di dalamnya adalah biaya
langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, biaya tidak
langsung yang bisa dilacak, dan biaya-biaya yang teralokasi. Bila suatu produk
atau jasa harus mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, harga harus mampu
menutup semua biaya mencakup mark-upnya.
8. Harga-harga para pesaing akan
mempengaruhi tingkat permintaan barang dan jasa yang ditawarkan peruasahaan dan
karenanya harus dipertimbangkan dalam proses penetapan harga.
9. Berbagai cara penetapan yang
ada mencakup mark-up, sasaran perolehan, nilai yang bisa diterima, going rate,
sealed-bid, dan harga psikologis.
10. Setelah menetapkan struktur
harga, perusahaan menyesuikan harganya dengan menggunakan harga geografis,
diskon harga, harga promosi, dan harga diskrimiasi, serta harga bauran produk.
Dalam situasi tertentu, pengguna melakukan penilaian atau menghitung-hitung tentang apa yang akan mereka peroleh sebagai balasan dari apa yang mereka berikan. Dengan demikian, harga merupakan pembatas (trade-of) untuk sejumlah benefit (nilai) yang akan diberikan oleh suatu produk (barang atau jasa) dengan sejumlah biaya yang dikaitkan dengan sejumlah biaya yang dikaitkan dengan penggunaan produk tersebut (Yazid), 1999). Pusat informasi yang menghendaki profit harus mampu menutup semua biaya yang berkaitan dengan proses memproduksi dan memasarkan suatu jasa. Selanjutnya menetapkan marjin secukupnya sehingga mampu memberikan keuntungan yang memuaskan.
Yazid (1999) yang mengatakan bahwa, “Harga atau biaya sebuah jasa akan mencakup harga yang bersifat moneter dan harga yang bersifat non-moneter. Harga yang bersifat moneter mempuyai peranan penting bagi bagian pemasaran untuk mengukur tingkat atau porsi penerimaan dari konsumen”. Selanjutnya dikatakan bahwa, di samping itu beberapa biaya non-moneter yang mungkin diperhitungkan konsumen ketika menggunakan suatu jasa mencakup:
11. Waktu. Waktu merupakan komoditas
utama bagi sejumlah orang, dan bagi seseorang yang menawarkan jasa dengan
pelayanan yang berbeda kepada setiap individu, tetapi mempunyai keterbatasan
waktu, mereka akan memperhitungkan biaya terhadap waktu yang digunakan dalam
mencari/memburu suatu jasa, karena barangkali waktu yang terbuang itu
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain.
12. Upaya-upaya yang bersifat
fisik. Biaya untuk melakukan upaya-upaya fisik yang diperlukan unruk memperoleh
sejumlah jasa bisa saja dimasukkan, khususnya bila penyajian jasa dilakukan
secara swalayan.
13. Biaya-biaya sensor. Biaya-biaya
ini bisa saja dikenakan sehubungan dengan adanya kebisingan, bau tidak sedap,
aliran udara yang tidak lancar, terlalu panas atau terlalu dingin ruangannya,
tempat duduk yang tidak nyaman, lingkungan yang terkesan jorok, bahkan rasa
yang tidak mengenakkan.
14. Biaya-biaya psikologis.
Biaya-biaya ini kadang-kadang dikenakan untuk penggunaan suatu jasa tertentu,
seperti upaya yang bersifat mental (berpikir), perasaan adanya ketimpangan atau
ketidakadilan bahkan rasa takut. (Yazid, 1999)
c. Kepuasan Pelanggan
Pengertian
kepuasan konsumen: Kemampuan perusahaan untuk dapat mengenali, memenuhi dan
memuaskan kebutuhan pelanggan dengan baik, merupakan strategi untuk dapat
unggul dari pesaing lain. Konsumen yang loyal akan lebih sulit untuk
dipertahankan, tapi dapat dicapai bila perusahaan mampu berfokus pada kepuasan
tinggi yang dirasakan oleh pelanggannya.
Adapun
kepuasan konsumen menurut Kotler (2002 jilid 1) adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/ kesannya
terhadap kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Tapi, jika
kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang.
Jika
kinerja yang dirasakan di bawah harapan, pelanggan tersebut akan merasa
dikecewakan, jika kinerja memenuhi harapan pelanggan, pelanggan akan merasa
puas, sedangkan jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat
puas. Dan kepuasan ini tentu akan dapat dirasakan setelah pelanggan yang bersangkutan
mengkonsumsi produk tersebut.
Manfaat Kepuasan Konsumen
Kepuasan
konsumen ini sangat penting bagi penyedia jasa (Tjiptono, 2000),
karena:
1. Reaksi terhadap produsen
berbiaya rendah Fokus kepuasan pelanggan merupakan upaya mempertahankan
pelanggan dalam rangka mengahadapi produsen yang menawarkan harga rendah.
Dimana banyak juga perusahaan menemukan fakta bahwa pelanggan bersedia
mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk mendapatkan pelayanan dan kualitas
yang baik.
2. Daya persuasif word of
mouth
3. Reduksi sensetifitas harga
4. Kepuasan pelanggan sebagi
indicator ksuksesan bisnis di masa depan
Kepuasan
pelanggan merupakan strategi jangka panjang, karena dibutuhkan waktu yang cukup
lama sebelum dapat membantu reputasi atas pelayanan prima. Akan tetapi, hasilnya
dituai dalam jangka panjang dan manfaat tersebut dapat bertahan lama.
5. Manfaat ekonomi
mempertahankan pelanggan versus menarik pelanggan baru.
Mempertahankan
pelanggan dan memuaskan pelanggan saat ini jauh lebih murah dibandingkan
terus-menerus berupaya menarik atau memprospek pelanggan baru.
2.
Kerangka Pemikiran
Pada kosentrasi pemasaran penulis mengangkat
judul pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan pelanggan pada warnet
Mady Zone. Yang menjadi variable independent pada judul itu adalah kualitas
pelayanan dan harga, sedangkan variable dependentnya adalah kepuasan pelanggan.
Lalu dilakukan pembahasan pada semua variable tersebut, setelah pembahasan maka
dilakukan uji instrument, uji hipotesis, dan asumsi klasik. Dimana uji
instrument itu ada validitas dan reliabilitas. Pada uji hipotesis terdapat
regresi linier, uji f, uji t, dan determinasi. Sedangkan pada asumsi klasik
terdapat heteroskeditisitas, multikolonieritas, normalitas, autokorelasi.
Setelah semuanya maka dibuatlah kesimpulan.
3. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang
harus di uji kebenarannya. Arikunto (2006 :71) mengatakan bahwa hipotesis
adalah suatu kesimpulan itu belum final, masih harus dibuktikan kebenaranya
atau hipotesis adalah jawaban sementara. Hipotesis juga dapat dikatakan sebagai kesimpulan sementara suatu
hubungan variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya sehingga hipotesis
dapat dikatakan sebagai suatu prediksi yang melekat pada variabel yang
bersangkutan. Meskipun demikian, taraf ketepatan prediksi sangat tergantung
pada taraf kebenaran dan ketepatan landasan teoritis.
Secara teknis, hipotesis
dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Pernyataan
tersebut mengindikasi asumsi dasar yang melekat pada populasi yang
bersangkutan. Berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian ini, maka
hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.
1.
Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pelanggan.
2.
Terdapat pengaruh antara harga terhadap
kepuasan pelanggan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian
ini akan dilakukan pada Hotel Kusuma Agrowisata di Jl. AbdulGani Atas Batu,
Telp. 0341-59333, Fax. 0341-593196. Adapun alasan memilihlokasi penelitian
tersebut, yaitu perkembangan hotel yang cukup pesat denganmemiliki konsumen
potensial yang cukup banyak dan hotel tersebut sedangmengahadapi persaingan
sebagaimana yang dialami oleh hotel berbintang lainnya.Oleh karenanya,
dengan melihat dan mempelajari taktik pemasaran dalammempertahankan pangsa
pasar, dapat diketahui kekurangan atau kelemahan yangterdapat pada Hotel Kusuma
Agrowisata yang berasal dari belum optimalnyataktik pemasaran dan kemudian
mengidentifikasinya untuk dilakukanpembenahan-pembenahan dalam rangka
mempertahankan pangsa pasarnya.
3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sesuai
dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan analisis data secara induktif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama,
proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang
terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan
peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Ketiga,
analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya.
Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan
nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
( Moleong, 2007:10)
Moleong
(2007:6) menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah yang
salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi prosesnya.
Senada
dengan Moleong, Bungin (2003) dalam Andi (2010:13) mengungkapkan, data dalam
penelitian kualitatif bukanlah berdasarkan atas tabelangka-angka hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis
secara statistik.
Moleong
(2008:9) kembali menjelaskan, dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama dengan
menggunakan metode penelitian yang meliputi pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Data-data yang akan dikumpulkan
berupakata-kata dan gambar. Senada dengan Moleong, Andi (2010:15) mengungkapkan
bahwa, metode kualitatif sangat mengutamakan manusia sebagai instrument penelitian,
sebab mempunyai adaptabilitas tinggi hingga senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan situasi yang berubah-ubah selama penelitian itu.
Berdasarkan
uraian tersebut dapat dikemukakan secara sederhana, bahwa metode
penelitian ini berusaha mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan
data dan fakta sebenarnya, serta menganalisanya melalui konsep-konsep yang
telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti sebagai insturmen itu sendiri
dalam memecahkan permasalahannya.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul data
utama, karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang dapat berhubungan dengan
responden atau objek lainnya, serta mampu memahami kaitan
kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti juga berperan serta
dalam pengamatan atau participant observation (Moleong, 2007:9).Sedangkan
menurut Nasution (2003:55) menjelaskan bahwa tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama dalam penelitian
kualitatif, karena segala sesuatunya belum mempunyai kepastian dan masih perlu
dikembangkan lebih lanjut. Sehingga hanya peneliti itu sendiri sebagai alat yang dapat mencapainya.
Dalam
penelitian, Moleong (2007:169-172) menyarankan ciri-ciri umum manusia sebagai
instrumen penelitian, antara lain:
a. Responsif.
Manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi
yang menciptakan lingkungan.
b. Dapat menyesuaikan diri.
Manusia sebagai instrumen hampir tidak terbatas dapat menyesuaikan diri
pada keadaan dan situasi pengumpulan data.
c. Menekankan
keutuhan. Manusia sebagai instrumen memanfaatkan imajinasinya dan memandang dunia ini sebagai
suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan di mana mereka
memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang riel, benar,
dan mempunyai arti.
d. Mendasarkan
diri atas perluasan pengetahuan. Manusia sebagai instrumen penelitian ini terdapat kemampuan
untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan itu berdasarkan
pengalaman-pengalaman praktisnya.
e. Memproses data secepatnya.
Kemampuan lain yang ada pada manusia sebagai instrumen ialah memproses data
secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuri atas
dasar penemuannya, merumuskan hipotesis kerja sewaktu berada di lapangan,dan
mengetes hipotesis kerja itu pada respondennya.
f. Memanfaatkan kesempatan
untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan. Manusia sebagai isntrumen memiliki
kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau
responden.
g. Memanfaatkan kesempatan
untuk mencari respons yang tidak lazim dan idiosinkratik. Manusia sebagai
instrumen memiliki pula kemampuan untuk menggali informasi yang lain dari yang
lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga terlebih dahulu,
atau yang tidak lazim terjadi.
3.4. Sumber dan Jenis data
Sumber
data menurut Arikunto (2005:88) adalah benda, hal atau orang tempat peneliti ,mengamati,
membaca, atau bertanya tentang data. Lebih lanjut
dikatakan
bahwa, secara umum sumber data dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yang disingkat dengan 3P, yaitu:
a. Person (orang) adalah
tempat peneliti bertanya mengenai variabel yang sedang diteliti.
b. Paper (kertas) adalah
berupa dokumen, warkat, keterangan, arsip, pedoman, surat keputusan (SK),
dan sebagainya.
c. Place (tempat): sumber data
keadaan di tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan
penelitian.
Sehingga
dapat dinyatakan bahwa sumber data ini adalah tempat, orang, atau benda yang
dapat memberikan data sebagai bahan penyusunan informasi bagi peneliti. Menurut
Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2007:157) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
Penelitian
ini menggunakan data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya yaitu
perusahaan yang menjadi objek penelitian yang berupa kata-kata atau tindakan
dari informan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah data yang diperoleh peneliti
dari hasil wawancara dengan pihak Maketing Manajer dan Assistant Marketing
Manager maupun dengan pihak-pihak terkait mengenai taktik bauran
pemasaran yang diterapkan Mady Zone Banyuwangi. Data yang bisa diambil berupa
kata-kata atau tindakan yang dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang
diperoleh peneliti dari manajer pemasaran. Di sisi lain juga diperoleh dari
sumber-sumber yang telah ada, yang berupa dokumen-dokumen laporan-laporan dan
arsip-arsip lain yang relevan termasuk mengamati fakta-fakta di lapangan. Menurut
Moleong (2007:159) sumber data bisa berasal dari sumber-sumber tertulis (buku,
majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi) atau sumber-sumber
berupa gambar (foto) dan sumber-sumber data statistik.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2008:62). Dalam
usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan, penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
3.5.1. Observasi
Observasi
menurut Raco (2010:112) adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan. Adapun menurut Sutrisno Hadi (1987)
dalam Andi Prastowo (2010:27) mengartikan observasi adalah sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek
penelitian. Sedangkan menurut Nasution(2003:56) observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Dalam
melakukan observasi peneliti menggunakan observasi terbuka dimana peneliti
dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang
diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti
(Moleong:492007:176). Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan diobservasi
adalah terkait dengan unsur bauran pemasaran jasa, yaitu produk, tempat atau
lokasi,promosi, people (orang), proses, pelayanan konsumen yang terdapat di Mady
Zone Banyuwangi
3.5.2. Wawancara
Menurut
Moleong (2007:186) mendeskripsikan wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Sedangkan menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2008:72)
mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
Untuk
mendapatkan informasi dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan Manajer Pemasaran dan beberapa karyawan relevan dengan konteks penelitian yang sekiranya
dapat membantu memberikan informasi
Dalam
melakukan wawancara peneliti manggunakan metode wawancara semi terstruktur,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, tentang pengalamannya terkait dengan taktik dalam memasarkan Mady
Zone Banyuwangi. Sebagaimana yang disarankan oleh (Esterberg: 2002) dalam
Sugiyono (2008:73) peneliti akan
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan
oleh informan (Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73)
3.5.3. Dokumentasi
Andi (2010:192) mengungkapkan dokumen merupakan rekaman
yang bersifat
tertulis atau film dan isinya merupakan peristiwa yang telah berlalu.
Jadi,dokumen bukanlah catatan peristiwa yang terjadi saat ini dan masa yang
akan datang, namun catatan masa lalu. Adapun menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam
Moleong (2002:161) dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari
record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik.
Ditambahkan
pula oleh Usman dan Akbar (1996) dalam Andi (2010:192) bahwa data-data
yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder
sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik pengamatan, dan
wawancara cenderung merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari
pihak pertama.
Merujuk
Arikunto (2000:135), documentasi merupakan benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, catatan harian,
dan sebagainya. Adapun panduan pengambilan data dokumentasi yang
diperlukan sebagaimana terlampir dilampiran 3.
3.5.4.Triangulasi
Dalam
teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2008:83), bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber.
Dalam
hal triangulasi, Susan Stainback (1998) dalam Sugiono (2008:85) menyatakan
bahwa “the aim is not to determine the truth about some
social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s
understanding
of whate
ver
is being investigated”. Tujuan
dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena,
tetapi lebih pada
peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Oleh
karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pengecekan data yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data. Data dari
observasi dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, datahasil wawancara
di konfirmasi melalui observasi dan dokumentasi, dan data dari dokumentasi juga
dikonfirmasi dari wawancara dan observasi.
3.6. Metode Analisis Data
Metode
analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis datadeskriptif,
karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan taktik bauran
pemasaran yang telah diterapkan oleh Mady Zone Banyuwangi. Menurut Arikunto (2005:250) metode
analisis deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen, karena tidak
dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan.
Dengan
penelitian deskriptif peneliti hanya bermaksud menggambarkan (mendeskripsikan) atau menerangkan gejala yang sedang
terjadi. Bogdan (1982) dalam Sugiyono (2008:88) menyatakan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Senada dengan Bogdan (1982), Sugiyono (2008:89) berpendapat
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting danyang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Metode
analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti yaitu penerapan taktik bauran
pemasaran pada Hotel Kusuma Agrowisata Batu. Adapun prosedur dalam
menganalisis data kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1984)
dalam Sugiyono (2008:91-99) adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data, mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b.
Penyajian
Data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya
dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.
c. Kesimpulan atau Verifikasi,
langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yangdikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali kembali ke lapangan mengumpulkan data,maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
No comments:
Post a Comment